KEBUDAYAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah daerah istimewa setingkat provinsi di Indonesia yang merupakan peleburan bekas (Negara) Kesultanan Yogyakarta dan (Negara) Kadipaten Paku Alaman.
Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa bagian tengah dan berbatasan dengan Provinsi  Jawa Tengah dan Samudera Hindia.

Pariwisata
Pariwisata merupakan sektor utama bagi DIY. Banyaknya objek dan daya tarik wisata di DIY telah menyerap kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Berikut beberapa wisata yang berada di DIY:

 Museum Hamengku Buwono IX di dalam kompleks Keraton Yogyakarta

Candi Prambanan

Candi Borobudur

Tugu Yogyakarta

Aspek Seni
1. Batik: salah satu kerajinan khas Indonesia terutama daerah Yogyakarta. Batik Yogya terkenal karena keindahannya, baik corak maupun warnanya. Menurut teknik:
    -Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan.
    -Batik cap adalah kain yang dihias dibentuk dengan menggunakan cap(biasanya terbuat dari                tembaga).
    -Batik lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.
2. Wayang: pengrajin wayang banyak terdapat di daerah pasar ngasem, bahan-bahan dari wayang ini terbuat dari kulit sapi dan kerbau, sehingga tidak merusak dan awet. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.
3. Tarian-Tarian Daerah Istimewa Yogyakarta
    a. Tari Serimpi Sangupati: tarian keraton pada masa lalu disertai suara gamelan dengan gerak tari       yang lebut dan menawan hati.
    b. Tari Bedaya: merupakan tarian keraton yang ditarikan oleh 9 putri dengan irama yang lemah           gemulai dan lembut.
    c. Tari Merak: suatu tari yang mengisahkan keindahan dan kebebasan alam bebas yang dialami           burung merak.

Rumah Adat
Rumah adat DIY dinamakan Bangsal Kencono Kraton Yogyakarta merupakan sebuah bangunan pendopo. Halamannya sangat luas, ditumbuhi tanaman dan dilengkapi beberapa sangkar burung. Di depan Bangsal Kencono terdapat dua patung dari Gupolo, sang raksasa yang memegang gada(sejenis alat pemukul).
Bangsal Kencono

Pakaian Adat
Pria Yogyakarta menggunakan pakaian adat berupa tutup kepala (destar), baju jas dengan leher tertutup dan keris yang terselip di pinggang bagian belakang. Mengenakan kain batik yang bercorak sama dengan sang wanita. Sedangkan wanitanya memakai kebaya dan kain batik. Perhiasannya berupa anting-anting, kalung dan cincin. Dan pada wanita menggunakan sanggul kepala.


Upacara Adat Daerah Istimewa Yogyakarta
1. Saparan Bekakak

Upacara adat saparan bekakak merupakan ritual yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I.

Ritual yang digelar sebagai bentuk permohonan keselamatan warga Gamping ini disebut Saparan Bekakak karena dalam pelengkap upacaranya terdapat sepasang pengantin boneka bekakak yang disembelih sebagai simbol persembahan. Yang menarik dalam upacara ini, sepasang pengantin bekakak akan diarak menuju tempat penyembelihan yakni Gunung Gamping dan Gunung Kiling.

2. Tradisi Nguras Enceh

Upacara Nguras Enceh atau mengganti air gentong adalah tradisi yang dilakukan pada setiap sura khususnya pada hari Jumat Kliwon bertempat di kompleks makam Raja-Raja Mataram, Imogiri, Bantul.

Terdapat empat gentong yang akan dikuras dalam acara ini. Keempatnya merupakan hadiah dari Kerajaan Palembang, Kerajaan Aceh, Kerajaan Ngerum (Turki), dan Kerajaan Siam (Thailand) kepadaSultan Agung (1613-1645) sebagai penguasa Kerajaan Mataram saat itu sebagai tanda persahabatan.
Sebelum upacara ini digelar, dilakukan Upacara Ngarak Siwur (Siwur = gayung air dari batok kelapa dengan tangkai bambu) dengan arak-arakan prajurit menuju kompleks makan Raja-raja Imogiri. Setelah itu, upacara nguras Enceh dimulai oleh abdi dalem Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta.

Yang menarik air cidukan dari gentong tersebut selalu diperebutkan warga karena dianggap memiliki tuah tertentu.
3. Tradisi Cupu Panjala

Upacara ini digelar setiap pasaran Kliwon di penghujung musim kemarau pada bulan Ruwah(kalender Jawa) bertempat di Desa Mendak Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul.

Masyarakat mempercayai bahwa gambar yang terlihat dalam lapisan kain mori pembungkus cupu merupakan ramalan peristiwa setahun ke depan. Baik itu menyangkut keadaan sosial, perekonomian, lingkungan hidup, bahkan dunia politik.

sumber:


Komentar

Postingan Populer